Berdiri ku disini hanya untukmu/Dan yakinkan ku untuk
memilihmu/Dalam hati kecilku inginkan kamu/Berharap untuk dapat
bersamamu/Aku kan ada untuk dirimu/Dan selalu tuk mu/Terlukis indah
raut wajahmu dalam benakku/Berikan ku cinta terindah yang hanya
untukmu/Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku/Dan aku yakin kau
memang pilihan hatiku..
Ya Allah.. Benarkah dia pilihan hatiku? Apa benar dia yang Engkau
pilihkan untukku? Setiap saat dalam kesendirianku, terbayang selalu
wajahnya. Aku ingin menghempasny dan semua tentang dia. Bukan karena
aku tidak mencintainya tapi aku takut semakin aku memikirkan dia, aku
semakin ingin bersamanya dan memilikinya. Padahal aku tahu itu hal yang
sulit. Hal yang aku tak yakin dapat terjadi dalam hidupku ini.
Walaupun cuma sebentar, aku ingin sekali merasakan kebersamaan
dengannya. Seperti yang selama ini aku mimpikan di setiap tidurku. Aku
tak tahu mimpi itu kiriman setan ataukah anugerah teriandah dariMu agar
aku bisa merasakan sedikit bahagia. Yang pasti, aku ingin dia tahu
tentang perasaanku. Tapi bagaimana bisa aku melakukan itu?
Aku tak punya sesuatu yang pantas untuk dibanggakan olehnya. Akupun
tak yakin apa aku ini berhak atas cintanya. Aku hanyalah angin. Yang
mungkin ditunggu saat dia butuh dan saat dia puas akan kehadiranku, dia
akan pergi meninggalkanku dan mencari tempat untuk melupakan hembusan
anginku.
Semakin hari aku semakin suka, semakin cinta (maybe) dan semakin
ingin bersamanya. Tapi waktu itu, semakin hari semakin habis.. Waktu
yang kubutuhkan untuk sekedar melihat senyum manisnya. Waktu yang
kubutuhkan untuk mendengar suaranya. Waktu yang kubutuhkan saat
bernapas di udara yang sama dengannya. Waktu itu semakin hari semakin
habis. Apa yang harus aku lakukan?
Seadainya aku bisa membaca hatinya. Seandainya dia benar-benar
menyukaiku. Seandainya dia sebagai laki-laki punya keberanian itu.
Seandainya dia punya keberanian untuk mematahkan keragu-raguanku.
Seandainya dia menemaniku di sisa waktuku bersamanya. Aku ingin
bersamanya Ya Allah.. Tapi aku tahu, jika memang dia bukan tertakdir
kumiliki, aku takkan memaksa.
Cinta itu, semakin lama semakin dalam. Semakin pahit karena tak
sanggup meraihnya. Aku ingin menangis di bawah lautan bintang malam
ini. Tapi untuk apa aku menangis? Untuk semua perasaan yang tak
terungkapkan? Atau untuk kesia-siaan yang selama ini aku perjuangkan
walaupun aku tahu tak ada yang sia-sia di bumi ini?
No comments:
Post a Comment